Senin, 07 Mei 2012

daun yang jatuh tak pernah membenci angin

Unknown

separuh hatiku muncul dengan gagahnya membela, 
aku berhak melakukannya.
namun separuh hatiku yang lain muncul membantah.
tidak! kau hanya akan menyakiti hatimu sendiri. kau hanya akan membuat hatimu semakin terbebat oleh asumsi, perasaan-perasaan, keinginan-keinginan, mimpi-mimpi, dan akhirnya kau sama sekali tak tahu lagi mana simpul yang nyata.
kuat sekali bseparuh hati lainnya membantah.
kalau kau memang berhak merasa mengatakannya, mengapa tidak kau katakan sekarang juga? kirimkan email, chatting, telepon, dan lain sebagainya! HAHA.. kau takut menghadapi kenyataan itu kan? takut mendengar jawabannya? takut. itulah hatimu yang sebenarnya.
pengecut! kau hanya berharap ada keajaiban dari langit.
aku menutup wajah dengan kedua telapak tangan, menangis tertahan, mendengar semua tuduhan separuh hatiku.

...

aku memabaca paragraf itu dengan nafas tertahan. mereka, kata-kata jahannam itu, benar-benar telah menamparku. hatiku.

Unknown / Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

Posting Komentar

Coprights @ 2016, Blogger Template Designed By Templateism | Distributed By Blogger Template